Home » » KAMI BUKAN GENERASI PENYONTEK

KAMI BUKAN GENERASI PENYONTEK

Written By Unknown on Rabu, 17 Juli 2013 | 19.00


Pelajar dan mahasiswa adalah muda-mudi harapan bangsa. Katanya. Juga generasi pembaharu, bukan generasi penerus segala kecurangan dan kekurangan generasi sebelumnya. Katanya juga. Tapi coba tanya: berapa banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak pernah menyontek? Nah....
Menyontek bukanlah hal asing bagi para pelajar dan mahasiswa. Saat mengerjakan tugas, ujian, bahkan skripsi, menyontek adalah praktek yang lazim ditemui di kalangan pelajar mahasiswa. Namun, menyontek adalah salah satu tindakan yang tidak berani jujur dan maaf, pengecut.
Melihat artikata.com, menyontek diartikan sebagai “mengutip (tulisan dsb) sebagaimana aslinya; menjiplak: karena malas belajar, setiap ujian ia selalu mencontek -;”. Menyontek berkonotasi negatif, dilakukan dengan tidak hormat, dan memiliki konsekuensi dihukum.
Dalam dunia pendidikan, murid mencontek bukan perkara aneh lagi. Bahkan pernah terjadi kasus contek massal di sekolah saya dulu ketika ujian nasional supaya seluruh murid yang mengikuti Ujian Nasional dapat lulus walaupun sebenarnya mungkin ada murid yang tidak layak lulus.
Pendapat bahwa sistem pendidikan dan kurikulum yang keliru, tidak tepat, serta banyak kekurangan, memang tidak dapat kita acuhkan. Banyak pejuang pendidikan yang masih lantang mengkritisi, mencarikan solusi dan beraksi untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dan anggaran pendidikan yang rawan dikorupsi para pemegang otoritas. Tetapi sebagai pelajar dan mahasiswa, diam saja dan mengikuti tradisi menyontek supaya lulus juga sesuatu yang salah. Menyontek pada hakikatnya adalah perbuatan tidak jujur, dan memelihara sikap menyontek ini tak membawa kebaikan apapun selain kesuksesan semu (itu pun kalau tidak ketahuan) sampai pada akhirnya kita harus menyontek lagi ketika menghadapi tugas atau ujian lain lagi. Siklus ini berulang terus, entah sampai kapan.
Kita bisa saja lulus di mata kuliah itu, atau di Ujian Nasional kali ini, karena menyontek. Tapi, bagaimana dengan tantangan yang akan kita hadapi setelahnya? Apakah kita akan selalu bisa mengandalkan contekan? Bagaimana saat bekerja nanti? Apakah setiap kali membuat presentasi, laporan, dan pertanggungjawaban lainnya kita tetap berniat menyontek rekan kerja? Dan apa jaminan rekan kerja kita tidak akan melaporkan ke atasan? Tentu rekan kerja kita juga mengharapkan promosi dan perlakuan yang adil. Teman yang suka menyontek memang jadi sasaran empuk: membuat mereka yang bekerja adil ingin menyingkirkan. Sungguh sayang, apalagi jika kita punya potensi atau bakat yang justru berguna bagi tempat kita bersekolah atau bekerja.
Lagipula, menyontek merendahkan harkat manusia itu sendiri. Sebenarnya berusaha sedikit lebih keras, belajar sedikit lebih rajin, tidur sedikit lebih larut demi memahami mata pelajaran, menyelesaikan tugas, mempersiapkan diri untuk ujian, semuanya membawa dampak positif. Kita jadi lebih tangguh dan kebal terhadap rasa takut, stres, dan khawatir. Mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri juga memberikan rasa puas dan percaya diri yang ditabung tenang dalam jiwa. Kita mungkin tidak menyadarinya sekarang, tapi suatu hari nanti, dalam masa krisis, ketika kita harus membuat keputusan sulit, kita sudah terasah untuk mengandalkan kemampuan berpikir sendiri.
Mencontek memang punya banyak justifikasi oleh para pelakunya. Tapi sesungguhnya dalam lubuk hati, kita juga tahu itu perbuatan tercela. Kalau tidak, tentu kita dengan bangga bisa memamerkan IPK cum laude kepada calon bos saat wawancara kerja, bahwa IPK itu kita dapatkan semasa kuliah dengan rajin menyontek, bukan?
Bagaimana? Sudahkah kita berani jujur mengerjakan tugas dan pekerjaan tanpa menyontek?
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar


Download

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. hanafi lanjar maibit blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger